:::: MENU ::::
  • Everybody wants happiness

  • nobody wants pain, but

  • you can’t have a rainbow without a little rain

Senin, 30 September 2013


Batik adalah aset yang sangat berharga dan penting untuk di lestarikan keberadaannya di indonesia.
Kalau mau jujur, klaim Malaysia terhadap batik tempo hari dulu -langsung maupun tidak langsung- punya kontribusi yang tidak bisa dianggap sepele terhadap eksistensi batik itu di kemudian hari.
Buktinya, sontak rasa nasionalisme menyeruak bangkit sekaligus “mendadak” pula batik menjadi busana yang tampak semakin akrab di sebagian besar masyarakat Indonesia. Terlebih-lebih di kalangan masyarakat perkotaan. Kini, kelihatan “wajar” menggunakan batik di hari kerja.
Yang paling gres adalah keputusan manajemen PT Bank Negara Indonesia Tbk. untuk menerbitkan kartu kredit BNI Visa Platinum dengan nuansa batik yang diluncurkan pada saat penutupan acara Indonesia Fashion Week 2012 di Jakarta Convention Center, beberapa waktu lalu.
Tentu saja, di tengah situasi semacam itu, di saat busana batik memperoleh perhatian yang besar dari konsumen, gerai-gerai ritel modern penjualan batik pun tak pelak semakin ramai dikunjungi para pembeli.
Ambil contoh, gerai Batik Keris yang mudah ditemui di berbagai pusat perbelanjaan. Produsen sekaligus peritel busana batik yang berbasis di Solo itu, saat ini menghadirkan 60 gerai penjualan busana batik. Dari jumlah tersebut, sebagian besar berlokasi di Jabodetabek.
Batik Keris berawal pada tahun 1920 dan didirikan oleh Kasom Tjokrosapoetro, mantan atlet tenis. Dari kantor pusat di Kelurahan Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Batik Keris menyediakan beragam corak dan tipe busana batik yang diarahkan untuk kalangan menengah atas.
Dari wilayah Solo, Santosa Doellah juga mengembangkan gerai Danar Hadi yang kini menyebar ke berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Dengan mengibarkan bendera PT Batik Danar Hadi, Santosa Doellah yang baru saja dianugerahi gelar sebagai Empu Seni Batik oleh Institut Seni Indonesia Surakarta, Jawa Tengah, memproduksi batik dalam skala besar.
Misal, produksi batik tulis tak kurang dari 4 ribu helai setiap bulannya. Sedangkan untuk batik cap, produksinya mencapai 40 ribu helai per bulan. Adapun produksi batik printingtercatat sebanyak lebih dari 1,4 juta yard plus lebih dari 11 ribu busana batik siap untuk dijual setiap bulan. Sama seperti para pebisnis batik yang lain, batik Danar Hadi juga diekspor ke berbagai negara.
Batik Danar Hadi yang sekarang dikendalikan langsung oleh Diana Santosa, putri kedua pasangan Santosa Doellah dan Hj. Danarsih, mengelola kurang lebih 20 gerai ritel modern yang tersebar di Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan.
Sementara itu, Batik Semar yang bermarkas di Jl. LU Adisucipto, Surakarta, juga mengelola 22 gerai yang telah menyebar di berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Di luar gerai-gerai lain yang kerap mencantumkan nama besar desainernya, tersebutlah Alleira Batik yang muncul belakangan. Oleh pemiliknya, Suherman Mihardja, Alleira Batik pertama kali dibuka di pusat perbelanjaan Pasaraya Grande, Jakarta.
Dalam tempo relatif cepat, Alleira Batik kini telah mengoperasikan 13 butik dan 26 outletyang tersebar di berbagai kota-kota besar, termasuk tiga butik di Malaysia, Singapura, dan Australia. Dan, sampai saat ini, Alleira Batik menciptakan lebih dari seribu motif dari seribu item yang tersedia.
Tahun lalu, Alleira Batik dipilih menjadi busana yang dikenakan 18 kepala negara yang hadir dalam KTT ASEAN ke-19 dan KTT Asia Timur yang dilaksanakan di Bali.
Pertanyaannya, berapa besar nilai bisnis ini? Sayang, belum ada data yang pasti.
Yang jelas, tahun ini, Kementerian Perdagangan menargetkan nilai ekspor batik mencapai US$ 76,16 juta dengan tujuan ekspor utama adalah Amerika Serikat, Belgia, Jepang, Jerman, Swedia, Norwegia, Singapura, Polandia, Inggris, dan Perancis. Target itu naik sebesar 10 persen dibandingkan tahun 2010 yang tercatat sebanyak US$ 69,24 juta.
Kemudian, Kawan Lama Group pun tertarik menekuni bisnis ini dengan membuka Pendopo Rumah Batik dan Kerajinan Indonesia di Mal Living World, Alam Sutera, Serpong. Gerai yang juga menyediakan konter penjualan batik itu, dikelola oleh PT Home Center Indonesia, anak usaha Kawan Lama Group.
Dan, meski tidak berupa gerai seperti yang lain, PT Jakarta Realty yang merupakan bagian dari Agung Podomoro Group juga menghadirkan Pusat Batik Nusantara di pusat perbelanjaan Thamrin City yang diklaim sebagai pusat batik terlengkap dan murah.
Singkat cerita, bila ditilik dari jumlah gerai yang dikelola, Batik Keris dengan 60 gerainya tampak masih mendominasi

0 komentar:

Posting Komentar

A call-to-action text Contact us